Sejarah
Singkat Jemaat Waelese, Klasis Buru Utara
PENGANTAR
Jemaat GPM Waelese adalah salah satu jemaat yang berada
pada Klasis Buru Utara. Jemaat Waelese berada pada Dusun Waelese, Desa Namsina,
Kecamatan Waplau, Kabupaten Buru.
Asal usul Jemaat
Pgjl Ny. R. Salasiwa/P dan Pdt G.H. Wirtha, Memasuki Jemaat Waelese |
Adapun
sejarah singkat Jemaat GPM Waelese. Masyarakat dusun Waelese adalah masyarakat yang
asal mulanya dari agama suku yang menurut pemahaman mereka adalah agama suku (Hindu-sebutan Masyarakat). Selain memeluk agama suku, mereka berasal dari dataran Rana. Asal
muasalnya berasal dari wahiwa (salah satu tempat di dataran pegunungan-dekat
air waegeren) mereka yang turun dari wahiwa yakni Bapak Laris Tasidjawa, Bapak
Abdulu Tasidjawa, dan bapak Patihaji Tasidjawa. Setelah dari Wahiwa, mereka
turun tempat yang bernama Mamalahi, disana mereka bergabung bersama 5 KK yakni
Bapak petrus Lehalima, Bapak Nataniel Tasidjawa (Balahoni - nama agama suku),
Bapak Sapaat, Bapak Sakheus Waemese, Bapak Arkalaus Lehalima. Dari Mamalahi
mereka membuat lagi perkampungan baru yang kini dinamakan Waelese.
Acara penyambutan Penginjil Ny. R. Salasiwa/P |
Namun pada tanggal 24 januari 1964 atas kehendak Tuhan, seorang anak
Tuhan, Piter Tasidjawa yang
pada waktu itu, memiliki jabatan sebagai kepala Peromponang suling pada Jemaat Tupanaliang yang atas kuasa Allah
sehingga beliau menjumpai beberapa keluarga di sebuah tempat yang bernama
Waihiwa (negeri lama) dan dari tempat inilah pemberitaan injil di mulai. Namun
tidaklah mudah untuk menjala mereka, karena itu cara yang di tempuh olehnya
adalah membuka penginjilan bagi keluarga
yang pada awalnya baru terjaring 8 KK dan di Baptis oleh Pdt. Matatula
pada tahun (1975). Setelah itu atas
prakarsa Bpk. P. Tasidjawa maka pada tahun 1979 pula Jemaat ini berpindah
tempat dari kampung lama Waihiwa ke kampung baru Waelese sekarang.
Acara Penyambuta di jemaat Waelese |
Nama Waelese ini adalah nama yang oleh kesempatan bersama antara Bpk.
P. Tasidjawa dengan ke 8 orang tersebut yang di ambil dari nama salah satu mata
air yang berada dekat dengan perkampungan bernama Waelese yang artinya dari
kata Wae (air) dan Lese (pesan) yang memiliki makna air
yang membawa pesan. Saat mereka tiba di waelese, belum ada tempat ibadah,
untuk sementara menggunakan rumah dari bapak Nataniel Tasidjawa (Balahoni)
untuk tempat ibadah. Setelah
itu pada tahun 1984 dibangunnya sebuah Gedung Gereja yang sangat sederhana yang
terbuat dari kulit kayu dalam kurun waktu 1 hari dan diresmikan oleh Pdt. Batuwael yang pada saat itu memiliki jabatan
sebagai Ketua Klasis Buru dan diresmikan pada tanggal 23 januari 1984. Kemudian di
buat lagi gedung gereja yang baru yang terbuat dari papan yang di resmikan oleh
pdt Takaria.
Setelah berpisah dari jemaat koordinator Lamahang
Waplau, Pada tahun 1984 jemaat waeura (kini jemaat telah hilang) menjadi
koordinator bagi jemaat Waelese. Para pelayan yang mengkoordinir pelayanan dari
Waeura sampai waelese yakni Pdt Supriono, Pdt Haurisa, Pdt. T. Seltik,
Penginjil Y. Solisa. Pada masa penginjil Yoel Solisa, konflik melanda Maluku
termasuk kabupaten Buru. Saat itu umat terpencar dan mereka mengungsi di wahiwa
(Negeri Lama).
Setelah konflik jemaat PI Waelese dilayani oleh
Jemaat Koordinator Miskoko. Dengan para pelayan yakni:
1.
Pdt. Amos Pesirerosn, S.Th (Tahun 2004-2011)
2.
Pdt. Elia M. Fatunlebit, S.Th (Tahun 2011- 24 Mei 2015)
3.
Pdt. Gamaliel. H. Wirtha, S.Si (24 Mei 2015- 21 Februari
2016)
Saat ini jemaat waelese telah memiliki pelayan yakni penginjil Ny. R.
Salasiwa/Pattiwaelapia, penyerahan tanggungjawab dari jemaat GPM Miskoko, Pdt.
Gamaliel.H. Wirtha tanggal 21 Februari 2016 kepada penginjil Ny. R.
Salasiwa/Pattiwaelapia.
Penyambutan Penginjil Ny. R. Salasiwa di jemaat GPM Waelese |