Kamis, 17 Maret 2016

Sejarah Singkat Jemaat Waelese, Klasis Buru Utara



Sejarah Singkat Jemaat Waelese, Klasis Buru Utara

   PENGANTAR
Jemaat GPM Waelese adalah salah satu jemaat yang berada pada Klasis Buru Utara. Jemaat Waelese berada pada Dusun Waelese, Desa Namsina, Kecamatan Waplau, Kabupaten Buru.

Asal usul Jemaat

Pgjl Ny. R. Salasiwa/P dan Pdt G.H. Wirtha, Memasuki Jemaat Waelese
                 Adapun sejarah singkat Jemaat GPM Waelese. Masyarakat dusun Waelese adalah masyarakat yang asal mulanya dari agama suku yang menurut pemahaman mereka adalah agama suku (Hindu-sebutan Masyarakat). Selain memeluk agama suku, mereka berasal dari dataran Rana. Asal muasalnya berasal dari wahiwa (salah satu tempat di dataran pegunungan-dekat air waegeren) mereka yang turun dari wahiwa yakni Bapak Laris Tasidjawa, Bapak Abdulu Tasidjawa, dan bapak Patihaji Tasidjawa. Setelah dari Wahiwa, mereka turun tempat yang bernama Mamalahi, disana mereka bergabung bersama 5 KK yakni Bapak petrus Lehalima, Bapak Nataniel Tasidjawa (Balahoni - nama agama suku), Bapak Sapaat, Bapak Sakheus Waemese, Bapak Arkalaus Lehalima. Dari Mamalahi mereka membuat lagi perkampungan baru yang kini dinamakan Waelese.
Acara penyambutan Penginjil Ny. R. Salasiwa/P
Namun pada tanggal 24 januari 1964 atas kehendak Tuhan, seorang anak Tuhan, Piter Tasidjawa yang pada waktu itu, memiliki jabatan sebagai kepala Peromponang suling pada Jemaat Tupanaliang yang atas kuasa Allah sehingga beliau menjumpai beberapa keluarga di sebuah tempat yang bernama Waihiwa (negeri lama) dan dari tempat inilah pemberitaan injil di mulai. Namun tidaklah mudah untuk menjala mereka, karena itu cara yang di tempuh olehnya adalah membuka penginjilan bagi keluarga  yang pada awalnya baru terjaring 8 KK dan di Baptis oleh Pdt. Matatula pada tahun (1975). Setelah itu atas prakarsa Bpk. P. Tasidjawa maka pada tahun 1979 pula Jemaat ini berpindah tempat dari kampung lama Waihiwa ke kampung baru Waelese sekarang.
Acara Penyambuta di jemaat Waelese
Nama Waelese ini adalah nama yang oleh kesempatan bersama antara Bpk. P. Tasidjawa dengan ke 8 orang tersebut yang di ambil dari nama salah satu mata air yang berada dekat dengan perkampungan bernama Waelese yang artinya dari kata Wae (air) dan Lese (pesan) yang memiliki makna air yang membawa pesan. Saat mereka tiba di waelese, belum ada tempat ibadah, untuk sementara menggunakan rumah dari bapak Nataniel Tasidjawa (Balahoni) untuk tempat ibadah. Setelah itu pada tahun 1984 dibangunnya sebuah Gedung Gereja yang sangat sederhana yang terbuat dari kulit kayu dalam kurun waktu 1 hari dan diresmikan oleh Pdt. Batuwael yang pada saat itu memiliki jabatan sebagai Ketua Klasis Buru dan diresmikan pada tanggal 23 januari 1984. Kemudian di buat lagi gedung gereja yang baru yang terbuat dari papan yang di resmikan oleh pdt Takaria.
Setelah berpisah dari jemaat koordinator Lamahang Waplau, Pada tahun 1984 jemaat waeura (kini jemaat telah hilang) menjadi koordinator bagi jemaat Waelese. Para pelayan yang mengkoordinir pelayanan dari Waeura sampai waelese yakni Pdt Supriono, Pdt Haurisa, Pdt. T. Seltik, Penginjil Y. Solisa. Pada masa penginjil Yoel Solisa, konflik melanda Maluku termasuk kabupaten Buru. Saat itu umat terpencar dan mereka mengungsi di wahiwa (Negeri Lama).
Setelah konflik jemaat PI Waelese dilayani oleh Jemaat Koordinator Miskoko. Dengan para pelayan yakni:
1.       Pdt. Amos Pesirerosn, S.Th (Tahun 2004-2011)
2.       Pdt. Elia M. Fatunlebit, S.Th (Tahun 2011- 24 Mei 2015)
3.       Pdt. Gamaliel. H. Wirtha, S.Si (24 Mei 2015- 21 Februari 2016)
Saat ini jemaat waelese telah memiliki pelayan yakni penginjil Ny. R. Salasiwa/Pattiwaelapia, penyerahan tanggungjawab dari jemaat GPM Miskoko, Pdt. Gamaliel.H. Wirtha tanggal 21 Februari 2016 kepada penginjil Ny. R. Salasiwa/Pattiwaelapia.


Penyambutan Penginjil Ny. R. Salasiwa di jemaat GPM Waelese

Senin, 08 Februari 2016

Memilih Pemimpin Masa Depan GPM



Memilih Pemimpin Masa Depan GPM
Membangun Teologi Kehadiran



Oleh: Pdt. G.H. Wirtha, S.Si 

(Melayani sebagai Pendeta pada Jemaat GPM Miskoko, Sektor PI Waelese, Sektor Pi Silewa, EX Jemaat GPM Waelanalana, Sektor PI Kudilale, Sektor PI Warey dan Jemaat GPM Skusa Ukalahin)

Foto bersama di air waegeren, Dusun Maanangan- Desa Wasi Kabupaten Buru

Pengantar
Sidang Sinode GPM yang berlangsung sejak 24 Januari 2016 sudah hampir memasuki babak akhir. Saat ini, harapan para pelayan dan umat terarah untuk menanti siapakah yang akan menjadi pemimpin pada 5 tahun mendatang. Berdasarkan informasi lapangan dan pemberitaan media selama satu minggu ini, beberapa kader terbaik Gereja yang sudah menyatakan siap memimpin Gereja ini jika Tuhan menghendakinya. Kondisi ini harus menjadi pergumulan bersama, baik para peserta dari 32 klasis maupun semua pelayan, umat dan semua masyarakat yang ada di Maluku dan Maluku Utara. Siapapun yang terpilih, itulah kehendak mutlak dari sang kepala Gereja, Yesus. Gereja Protestan Maluku adalah gereja tertua yang berada di Kepulauan Maluku di mana memiliki jejaring yang sangat luas baik secara Nasional maupun international. Pemimpin Gereja ke depan adalah harapan bersama pelayan dan umat yang berada di Kepulauan Maluku (Maluku dan Maluku Utara), serta jejaring yang selama ini ada dalam kerja sama dengan GPM. Baik itu aras gereja pada aras nasional, Gereja di Asia dan Gereja di Dunia, Pemerintah dan lembaga lainnya. Mengutip pidato Ketua sinode GPM, Pdt. Dr. J. Chr. Ruhulessin, M.Th pada pembukaan sidang sinode GPM ke 37, 24 Januari 2016 “Saya Yakin Tuhan telah menyediakan pemimpin Gereja ini lima tahun mendatang”. Dengan keyakinan itu, pada tulisan ini saya sedikit memberikan pikiran bagi pemimpin gereja 5 tahun mendatang.

a.       Membangun Teologi Kehadiran
Perjalanan dari Jemaat Miskoko ke Jemaat Skusa Ukalahin
Sangat diakui bahwa Gereja Protestan Maluku memiliki kader-kader pemimpin yang sangat banyak dan secara intelektual, spiritualitas tidak bisa diragukan lagi. Teologi kehadiran adalah suatu pendekatan untuk merefleksikan kehadiran Allah bersama umat, kehadiran pemimpin sebagai pembawa damai, sukacita saat berjumpa langsung dengan umat. Dengan refleksi iman bahwa tidak ada pemimpin yang tidak berasal dari Allah. Itu berarti pemimpin yang akan terpilih merupakan pilihan dari Allah sangat dibutuhkan Kehadirannya untuk bersama-sama dengan umat dalam memberikan motivasi sipiritual. Teologi Kehadiran sangat penting, karena ketika Hadirnya seorang pemimpin, ia bisa melihat dunia nyata pergumulan umat, merasakan suka duka umat, mendengarkan keluh kesah dan harapan umat, saat itu pemimpin dapat mengumpulkan data, merancang strategi untuk program dan kebijakan yang akan di tempuhnya. Jika kehadiran ini dilakukan maka semua hal dilakukan tepat pada sasarannya.

b.      Pemimpin yang berhati seorang ibu
Tentunya bukan saja intelektual semata yang dapat diandalkan untuk memimpin gereja, tetapi yang sangat dibutuhkan adalah seorang pemimpin yang berhati seorang ibu. Hati seorang ibu adalah hati yang selalu mengasihi anak-anaknya bahkan nyawa pun ia pertaruhkan untuk kehidupan anaknya. Untuk melakukan semuanya tentunya sang ibu tahu apa sebenarnya kebutuhan anaknya. Ia tahu betul apa yang dialami, apa yang dirasakan karena ia selalu bersama-sama dengan anaknya siang dan malam. Umat gereja tentunya sangat mendambakan seorang pemimpin yang memiliki kepekaan terhadap realita umat, hadir dan bergumul bersama umat.
Pemimpin sinode GPM yang diharapkan adalah seorang Ibu yang akan dan selalu bersama dengan anak-anaknya (Klasis dan jemaat). Untuk menjawab kebutuhan anak-anaknya, memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Pemimpin haruslah memahami realitas dan dinamika umatnya.
Problematika yang dihadapi umat saat ini sangat kompleks, seorang pemimpin haruslah memahami benar apa yang menjadi kebutuhan serta langkah penanganannya, sehingga apa yang dilakukan tepat sasaran.

c.       Keteladanan Yesus sebagai Pemimpin yang hadir dalam Realita Umat.
Yesus yang diimani sebagai Tuhan dan Juruslamat Dunia adalah seorang Manusia yang pernah hadir didunia. Kehadirannya di dunia memberi teladan bagi setiap umat yang percaya kepadaNya. Ia adalah seorang pemimpin yang bukan tinggal di istana megah dan memerintah di belakang Meja, tetapi, Yesus Memiliki Istana di Jalanan, melintasi Desa dan Kota, menyeberang Danau, melewati gunung dan lembah. Bertemu langsung dengan orang buta, orang sakit, orang lumpuh, orang meninggal, para nelayan, orang Farisi, orang Saduki, di sumur, di pesta perkawinan, di pantai, di lautan, dibukit, Yesus tidak memiliki kantor yang megah tapi menjadikan alam dan manusia sebagai tempat yang mulia untuk melakukan karya Allah. Kata Yesus "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." (Mat 8:20; Lukas 9:58). Alam dan manusia sebagai tempat Yesus mewartakan karya Allah haruslah juga dilakukan oleh gereja termasuk para pemimpin masa depan GPM. Sangat tidak profetis, jika gereja ini menjadikan alam dan manusia sebagai objek yang digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Memilih pemimpin gereja 5 tahun mendatang bukan untuk klasis tertentu, Suku, Ras, Golongan tertentu. Tetapi untuk memimpin GPM, jemaat di kota, desa,  pinggiran kota,  pegunungan, dan pedalaman pada wilayah Maluku dan Maluku Utara. Itu berarti, pemimpin yang kehadirannya bisa membawa damai sejahtera bagi umat, pemimpin yang dapat hadir bersama umat, tahu tentang realitas umat. Pemimpin seperti demikian yang diharapkan menjadi transformator gereja ini.
Memilih pemimpin gereja diharapkan tidak ada saling menjatuhkan dengan hal-hal negatif, money politik seperti yang terjadi saat memilih pemimpin masyarakat dalam pesta demokrasi. Memilih pemimpin gereja 5 tahun mendatang, hendak dimaknai sebagaimana Yesus memilih para rasulnya di tempat aktivitas mereka (dipantai-nelayan dll). Yesus tahu mereka bukanlah orang berpendidikan yang hebat, tetapi mereka adalah orang yang setia, tulus untuk melayani. Kesetiaan kerja sebagai nelayan adalah bukti kesetiaan dan kesabaran untuk bekerja. Terjangan arus dan gelombang, terkadang hasil tidak memuaskan, namun mereka tidak pernah menyerah untuk bekerja. Tentunya Tuhan sudah menentukan pilihan pada pemimpin yang akan melayani pada Gereja Protestan Maluku 5 Tahun mendatang. Apa yang Tuhan buat itu pasti indah pada waktunya. Seperti apa dan siapakah dia pemimpin itu? Hanya Tuhan saja yang tahu. Marilah berproses sambil menanti kehendak Tuhan bagi Gereja ini 5 tahun mendatang....
Mengutip pidato Ketua Sinode GPM, Pdt. Dr. J.Chr. Ruhulessin, M.Th pada pidato pembukaan sidang sinode ke 37 tangal 24 Januari 2016, “ pemimpin gereja adalah pelayan/hamba yang menjadi pemimpin artinya tugas utama yang diberikan Tuhan. Pendeta-hamba barulah menjadi pemimpin dan setelah menjadi pemimpin menjadi hamba lagi. Itu berarti kepemimpinan gereja berbeda dengan kepemimpinan organisasi lain seperti kepemimpinan dalam Negara (Bupati/Walikota, Gubernur, Presiden) dll. Kepemimpinan Gereja periode 2016-2021 adalah kepemimpinan Gereja yang dilandaskan sebagi seorang Pelayan. Kehadiran gereja di dunia ini bukan saja menambah warga jemaat untuk memperkuat kelembagaan tetapi lebih dari itu kehadiran gereja untuk memanusiakan manusia, seperti kata Yesus "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-19).
Kehadiran Yesus di dunia penuh dengan penderitaan, Lahir di kandang yang hina, mati seperti penjahat yang digantung di atas tiang kayu salib. Peristiwa penyaliban Yesus haruslah terus dimaknai dalam kehidupan kita. Salib bukan saja simbol alat hukuman oleh para pembesar Romawi kepada para penjahat. Salib harus terus dimaknai sebagai suatu kehidupan yang membawa makna. Memang tidak seorang pun yang lari dari penderitaan. Penderitaan adalah bagian dari hidup. Tanpa penderitaan maka hidup ini tidak bermakna. Salib adalah keberanian diri mempersembahkan hidup demi orang lain (solider) khususnya kepada mereka yang lemah, miskin, tertindas, marginal. Peristiwa penyaliban Yesus harus terus menginspirasikan dan menyemangati umat untuk terus berkarya menghadirkan kehidupan yang bermakna. Kerelaan disalibkan sampai mati demi orang lain, sangat berharga. Itulah Yesus Kristus Tuhan Kita. Seperti kutipan Injil Yohanes: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15: 13). Pemberian nyawa merupakan pengorbanan dan tindakan kasih yang nyata. Kehadiran seorang pemimpin gereja untuk hidup bersama umat di hutan, dusun, ketel (tempat penyulingan minyak kayu putih), gunung, pantai, sungai, danau, kantor, perusahaan, jalanan, pasar, dan penjara wujud penampakkan tindakan Yesus untuk bersama-sama saling memberi hidup, saling menguatkan sebagai satu keluarga Allah.  Bersama-sama mendiami satu rumah (Oikoumene). Ketika seorang pemimpin hadir dan merasakan realitas hidup umat berarti segala program, kebijakan benar-benar menjawab kehidupan umat.

d.      Harapan umat dari Pulau Bupolo (Klasis Buru Utara)
Klasis Buru Utara adalah salah satu klasis pada Gereja Protestan Maluku. Pada Klasis Buru Utara ada 17 jemaat dan 9 sektor PI. Jumlah anggota jemaat di klasis Buru Utara sebanyak 1.636 KK dan  7.244 Jiwa (sumber: Rekapan Renstra Jemaat tahun 2012). Sebagai Klasis yang baru pulih dari konflik Maluku tahun 1999-2000, Jemaat-jemaat di Buru Utara sementara ada dalam pemulihan. Dalam Kepemimpinan Sinode 2010-2015 sangat terasa pada klasis Buru Utara, di mana atas Pertolongan Tuhan Yesus Kristus melalui kinerja Sinode GPM, MPK dan umat, Klasis ini telah dipulihkan, ada penambahan tenaga pelayan, penahbisan gedung gereja, ada pelembagaan Jemaat. Umat juga berharap ke depan perlu perhatian yang serius kepemimpinan gereja (MPH Sinode) yang akan terpilih. Secara kelembagaan, penambahan satu klasis di Pulau Buru (Buru Utara dan Buru Selatan) perlu mendapat perhatian serius bagi peningkatan pelayanan bagi kemanusiaan. Walaupun disadari keuangan gereja dan faktor pendukung lainnya sebagai syarat pemekaran belum terpenuhi secara baik. Akhirnya dari Buru Utara, kami juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kerja keras MPH sinode  2010-2015. Meskipun ada saja kekurangan, tetapi karya menanam dan menyiram telah dilakukan. Keyakinan iman Tuhan pasti menumbuhkan benih baik, yang telah ditanam dan dirawat selama 5 tahun ini. Kami berharap, dalam upaya pembenahan diri jemaat sangat membutuhkan peran semua orang termasuk pemimpin Sinode yang baru. Kehadiran seorang pemimpin tentunya dapat memberikan motivasi bagi umat untuk membangun jati dirinya sebagai manusia yang memiliki iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat Dunia. Kehadiran pemimpin sinode yang baru, tentunya melewati medan yang berat, naik gunung, turun lembah, menyeberang air Waegeren, menyeberangi danau. Tetapi Yesus telah lebih dahulu melakukannya saat ia hadir di dunia ini. Pada Klasis Buru Utara ada keindahan alam yang mengagumkan, deburan air yang membawa kesejukan, danau rana yang merupakan pusat masyarakat Pulau Buru, ada juga jurang terjal, gunung tinggi yang dapat dilalui dengan duri rotan yang banyak. Mungkin saja pemimpin sinode yang baru bisa hadir dan menikmati keindahan alamnya sebagai refleksi ciptaan Tuhan yang terindah bagi alam dan umat manusia, dan merasakan realita umat.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki, pelayan dan umat Tuhan di Buru Utara siap untuk mensukseskan Persidangan Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Sinode ke 38. MPL yang berlangsung di Buru Utara tahun 2016, juga sebagai tanda kehadiran gereja untuk bergumul bersama umat di Klasis Buru Utara. Selamat dan sukses untuk Persidangan Sinode GPM ke 37, selamat memilih pemimpin sinode GPM periode 2016-2021. Opo Lastalah penata kita hansiak.

* (Telah dipublikasikan pada harian siwalima pada tanggal 07 Februari 2016)

Selayang pandang Klasis GPM Buru Utara



Selayang pandang Klasis GPM Buru Utara
(EXPO GPM Tahun 2016)

A.   Selayang Pandang Klasis Buru Utara
*      Geografis
Klasis Buru Utara berada pada pusat Kabupaten Buru. Secara geografis, Klasis Buru Utara, Sebelah Utara berbatasan dengan lautan, Sebelah selatan berbatasan dengan Klasis Buru Selatan, Sebelah Timur berbatasan dengan Klasis Buru Selatan, Sebelah barat berbatasan dengan Klasis Buru Selatan
MPK dan Pdt Buru Utara saat Pembukaan Sidang Sinode ke 37 di Ambon
Jemaat - jemaat yang berada di Klasis buru utara memiliki kondisi geografis yang berbeda-beda. Ada jemaat kota, jemaat pesisir, jemaat pegunungan dan jemaat yang berada di pedalaman. Sebagai daerah yang berada di pusat kabupaten, klasis Buru utara hidup berdampingan dengan komunitas agama lain dan juga dengan denominasi gereja lain. Agama yang paling dominan atau mayoritas di kabupaten buru yakni Agama Islam, diikuti oleh Protestan (GPM), Agama suku (Hindu - bahasa setempat) dan agama Katolik. Selain itu ada denominasi gereja yang hidup berdampingan dengan warga jemaat yakni Gereja Sidang Jemaat Allah, Gereja Pentakosta di Indonesia.
*      Struktur Kepemimpinan Klasis:
Ketua           : Pdt. A. Tasidjawa, S.Si
Sekretaris   : Pdt. A. Limba/S, S.Th
Bendahara  : Ny. S. Samallo/B
Anggota MPK:
1.   Pdt. A. Pesireron, S.Th
2.   Pdt. C. Diponegoro, S.Si
3.   Pnt. M. Tomhisa
4.   Pnt. A. Tomhisa
5.   Pnt. R. Batuwael
6.   Pnt. Semmy Patiwaelapia
7.   Diaken M. Tasidjawa
*      Demografi
Adapun keberadaan masing-masing jemaat dapat digambarkan sebagai berikut ini:

Teluk Bara di Kabupaten Buru
1.   JEMAAT NAMLEA
Jemaat Namlea memiliki 1 sektor Pelayanan yakni Jikumerasa dengan jumlah KK 76 dan 286 jiwa
Ketua Majelis Jemaat : Pdt. I. Maitimu, S.Si/L

2.   JEMAAT TIFU-WAEKONIT
Jemaat Tifu-Waekonit memiliki 1 sektor Pekabaran injil yakni Sektor PI Waengura. Dengan jumlah KK sebagai berikut: Jemaat Tifu-Waekonit 82 KK dan 322 jiwa, Sektor PI Waengura, 62 KK dan 158 Jiwa.
Pelayan yang bertugas: Pdt. A. Pesireron, S.Th




3.   JEMAAT WAETINA
Jemaat Waetina, 32 KK dan 76 Jiwa
Pelayan yang bertugas: Pdt. L. Syaranamual, S.Si

4.   JEMAAT WAEPSALIT METAR
Persidangan Klasis di Jemaat GPM Waekose
Sidang Klasis di Jemaat GPM Waekose
Jemaat Waepsalit memiliki 1 sektor PI yakni Metar. Dengan perincian anggota Jemaat sebagai berikut: jemaat Waepsalit 16 KK, 76 Jiwa dan Sektor PI Metar, 35 KK dan 145 jiwa.
Pelayan yang bertugas: Pdt. D. Paulus/H, S.Si

5.   JEMAAT DEBU WAMBASALAHIN
Jemaat Debu Memiliki 1 sektor PI yakni Wambasalahin. Jumlah anggota jemaat sebagai berikut: di jemaat Debu, 18 KK dan 99 jiwa. Di sektor PI Wambasalahin 26 KK dan 130 jiwa.
Pelayan yang bertugas: Pdt. An. Soumokil, S.Si

6.   JEMAAT MISKOKO
Jemaat Miskoko memiliki 4 sektor Pekabaran Injil yakni, SP Silewa, EX Jemaat Waelanalana, SP Kudilale, SP Warey.
Jumlah Anggota jemaat sebagai berikut: Jemaat Miskoko, 70 KK, 315 jiwa, SP Waelese 48 KK, 253 jiwa, SP Silewa 3 KK, 6 jiwa, Ex Jemaat Waelanalana, 26 KK, 88 jiwa; SP Kudilale 3 KK 20 jiwa, SP Warey 3 KK 6 jiwa.  
Pelayan yang bertugas: Pdt. Gamaliel. H. Wirtha, S.Si

7.   JEMAAT WAEPOTIH
Jemaat Waepotih memiliki 253 KK, 1072 jiwa
Pelayan yang bertugas: Pdt. N. Patinasarany/B, S.Si

8.   JEMAAT TUPANALIANG
Jemaat Tupanaliang memiliki 35 KK dan 148 Jiwa.
Pelayan yang bertugas, Pdt. Yafet Tasidjawa

9.   JEMAAT SKIKILALE
Jemaat Skikilale memiliki 79 KK dan 333 jiwa
Pelayan yang bertugas: Pdt. C. Diponegoro,S.Si 

10.      JEMAAT WAENIBE
Jemaat Waenibe memiliki 223 KK dan 908 jiwa
Pelayan yang bertugas: Pdt. B. Gardjalay, A.Md

11.      JEMAAT WAEKOSE
 Jemaat Waekose memiliki 136 KK dan 550 jiwa
Pelayan yang bertugas: Pdt. N. Wala, S.Th

12.      JEMAAT WAELANGA
Jemaat Waelanga memiliki 1 sektor pelayanan yakni Sektor PI Walmatina. Jumlah anggota jemaat, Jemaat Waelanga 150 KK dan 613 jiwa, Sektor PI Walmatina 42 KK dan 155 jiwa.
Pelayan yang bertugas: Pdt. I. Rehatta/T, S.Si

13.       JEMAAT BALBALU
Jemaat balbalu memiliki 2 sektor PI yakni SP Waedanga dan SP Lemampoli. Jumlah anggota jemaat yakni Jemaat Balbalu 90 KK, 471 Jiwa; SP Waedanga, 5 KK dan 35 jiwa dan Sektor Pelayanan Lemampoli 26 KK, 99 jiwa
Pelayan yang bertugas: Pdt. Amanupunyo, S.Si

14.      JEMAAT BATLALE
Jemaat Batlale memiliki 1 sektor pelayanan yakni Sektor Pelayanan Waeula. Jumlah Anggota Jemaat, Jemaat Batlale 76 KK dan 160 jiwa dan Waeula 18 KK dan 136 jiwa
Pelayan yang bertugas: Pdt. A. Usmany, S.Th

15.      JEMAAT WASBAKA
Jemaat Wasbaka memiliki 40 KK dan 160 Jiwa
Pelayan yang bertugas: Pdt. Y. Wemay/L, S.Si

16.      JEMAAT RAHERIAT
Jemaat Raheriat memiliki 67 KK dan 272 Jiwa
Pelayan yang bertugas: Wakil MJ

17.      JEMAAT SKUSA UKALAHIN
Jemaat skusa ukalahin memiliki 31 KK dan 137 Jiwa
Mengajar Majelis Jemaat GPM Skusa Ukalahin
Pelayan yang bertugas: Pdt. Gamaliel. H. Wirtha, S.Si

Selain itu ada satu sektor pelayanan yang ditangani langsung oleh Klasis yakni Ex Jemaat Savana Jaya. Jumlah anggota jemaat 7 KK dan 15 jiwa.

Jumlah KK di Buru Utara sebanyak 1636 KK dan  7244 Jiwa

Demikian sekilas pandang Klasis Buru Utara. Opo Lastalah Penata Kita Hansiak.



GEDUNG GEREJA EBENHAEZER JEMAAT SKUSA UKALAHIN