Memilih Pemimpin Masa
Depan GPM
Membangun Teologi Kehadiran
Oleh: Pdt. G.H.
Wirtha, S.Si
(Melayani sebagai Pendeta pada Jemaat GPM Miskoko, Sektor PI Waelese, Sektor
Pi Silewa, EX Jemaat GPM Waelanalana, Sektor PI Kudilale, Sektor PI Warey dan
Jemaat GPM Skusa Ukalahin)
Foto bersama di air waegeren, Dusun Maanangan- Desa Wasi Kabupaten Buru |
Pengantar
Sidang Sinode GPM yang berlangsung sejak 24
Januari 2016 sudah hampir memasuki babak akhir. Saat ini, harapan para pelayan
dan umat terarah untuk menanti siapakah yang akan menjadi pemimpin pada 5 tahun
mendatang. Berdasarkan informasi lapangan dan pemberitaan media selama satu
minggu ini, beberapa kader terbaik Gereja yang sudah menyatakan siap memimpin
Gereja ini jika Tuhan menghendakinya. Kondisi ini harus menjadi pergumulan
bersama, baik para peserta dari 32 klasis maupun semua pelayan, umat dan semua
masyarakat yang ada di Maluku dan Maluku Utara. Siapapun yang terpilih, itulah
kehendak mutlak dari sang kepala Gereja, Yesus. Gereja Protestan Maluku adalah
gereja tertua yang berada di Kepulauan Maluku di mana memiliki jejaring yang
sangat luas baik secara Nasional maupun international. Pemimpin Gereja ke depan
adalah harapan bersama pelayan dan umat yang berada di Kepulauan Maluku (Maluku
dan Maluku Utara), serta jejaring yang selama ini ada dalam kerja sama dengan
GPM. Baik itu aras gereja pada aras nasional, Gereja di Asia dan Gereja di Dunia,
Pemerintah dan lembaga lainnya. Mengutip pidato Ketua sinode GPM, Pdt. Dr. J.
Chr. Ruhulessin, M.Th pada pembukaan sidang sinode GPM ke 37, 24 Januari 2016
“Saya Yakin Tuhan telah menyediakan pemimpin Gereja ini lima tahun mendatang”.
Dengan keyakinan itu, pada tulisan ini saya sedikit memberikan pikiran bagi
pemimpin gereja 5 tahun mendatang.
a.
Membangun Teologi Kehadiran
Perjalanan dari Jemaat Miskoko ke Jemaat Skusa Ukalahin |
Sangat diakui bahwa Gereja Protestan Maluku memiliki
kader-kader pemimpin yang sangat banyak dan secara intelektual, spiritualitas
tidak bisa diragukan lagi. Teologi kehadiran adalah suatu pendekatan untuk merefleksikan
kehadiran Allah bersama umat, kehadiran pemimpin sebagai pembawa damai,
sukacita saat berjumpa langsung dengan umat. Dengan refleksi iman bahwa tidak
ada pemimpin yang tidak berasal dari Allah. Itu berarti pemimpin yang akan
terpilih merupakan pilihan dari Allah sangat dibutuhkan Kehadirannya untuk bersama-sama
dengan umat dalam memberikan motivasi sipiritual. Teologi Kehadiran sangat
penting, karena ketika Hadirnya seorang pemimpin, ia bisa melihat dunia nyata
pergumulan umat, merasakan suka duka umat, mendengarkan keluh kesah dan harapan
umat, saat itu pemimpin dapat mengumpulkan data, merancang strategi untuk
program dan kebijakan yang akan di tempuhnya. Jika kehadiran ini dilakukan maka
semua hal dilakukan tepat pada sasarannya.
b.
Pemimpin yang berhati seorang ibu
Tentunya bukan saja intelektual semata yang dapat
diandalkan untuk memimpin gereja, tetapi yang sangat dibutuhkan adalah seorang
pemimpin yang berhati seorang ibu. Hati seorang ibu adalah hati yang selalu
mengasihi anak-anaknya bahkan nyawa pun ia pertaruhkan untuk kehidupan anaknya.
Untuk melakukan semuanya tentunya sang ibu tahu apa sebenarnya kebutuhan
anaknya. Ia tahu betul apa yang dialami, apa yang dirasakan karena ia selalu
bersama-sama dengan anaknya siang dan malam. Umat gereja tentunya sangat
mendambakan seorang pemimpin yang memiliki kepekaan terhadap realita umat,
hadir dan bergumul bersama umat.
Pemimpin sinode GPM yang diharapkan adalah seorang Ibu
yang akan dan selalu bersama dengan anak-anaknya (Klasis dan jemaat). Untuk
menjawab kebutuhan anak-anaknya, memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Pemimpin
haruslah memahami realitas dan dinamika umatnya.
Problematika yang dihadapi umat saat ini sangat kompleks,
seorang pemimpin haruslah memahami benar apa yang menjadi kebutuhan serta
langkah penanganannya, sehingga apa yang dilakukan tepat sasaran.
c.
Keteladanan Yesus sebagai Pemimpin yang hadir dalam Realita
Umat.
Yesus
yang diimani sebagai Tuhan dan Juruslamat Dunia adalah seorang Manusia yang
pernah hadir didunia. Kehadirannya di dunia memberi teladan bagi setiap umat
yang percaya kepadaNya. Ia adalah seorang pemimpin yang bukan tinggal di istana
megah dan memerintah di belakang Meja, tetapi, Yesus Memiliki Istana di Jalanan,
melintasi Desa dan Kota, menyeberang Danau, melewati gunung dan lembah. Bertemu
langsung dengan orang buta, orang sakit, orang lumpuh, orang meninggal, para
nelayan, orang Farisi, orang Saduki, di sumur, di pesta perkawinan, di pantai,
di lautan, dibukit, Yesus tidak memiliki kantor yang megah tapi menjadikan alam
dan manusia sebagai tempat yang mulia untuk melakukan karya Allah. Kata Yesus
"Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia
tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." (Mat 8:20; Lukas
9:58). Alam dan manusia sebagai tempat Yesus mewartakan karya Allah haruslah
juga dilakukan oleh gereja termasuk para pemimpin masa depan GPM. Sangat tidak
profetis, jika gereja ini menjadikan alam dan manusia sebagai objek yang
digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Memilih pemimpin gereja 5
tahun mendatang bukan untuk klasis tertentu, Suku, Ras, Golongan tertentu.
Tetapi untuk memimpin GPM, jemaat di kota, desa, pinggiran kota, pegunungan, dan pedalaman pada wilayah Maluku
dan Maluku Utara. Itu berarti, pemimpin yang kehadirannya bisa membawa damai
sejahtera bagi umat, pemimpin yang dapat hadir bersama umat, tahu tentang
realitas umat. Pemimpin seperti demikian yang diharapkan menjadi transformator
gereja ini.
Memilih
pemimpin gereja diharapkan tidak ada saling menjatuhkan dengan hal-hal negatif,
money politik seperti yang terjadi
saat memilih pemimpin masyarakat dalam pesta demokrasi. Memilih pemimpin gereja
5 tahun mendatang, hendak dimaknai sebagaimana Yesus memilih para rasulnya di
tempat aktivitas mereka (dipantai-nelayan dll). Yesus tahu mereka bukanlah
orang berpendidikan yang hebat, tetapi mereka adalah orang yang setia, tulus
untuk melayani. Kesetiaan kerja sebagai nelayan adalah bukti kesetiaan dan kesabaran
untuk bekerja. Terjangan arus dan gelombang, terkadang hasil tidak memuaskan,
namun mereka tidak pernah menyerah untuk bekerja. Tentunya Tuhan sudah
menentukan pilihan pada pemimpin yang akan melayani pada Gereja Protestan
Maluku 5 Tahun mendatang. Apa yang Tuhan buat itu pasti indah pada waktunya. Seperti
apa dan siapakah dia pemimpin itu? Hanya Tuhan saja yang tahu. Marilah
berproses sambil menanti kehendak Tuhan bagi Gereja ini 5 tahun mendatang....
Mengutip
pidato Ketua Sinode GPM, Pdt. Dr. J.Chr. Ruhulessin, M.Th pada pidato pembukaan
sidang sinode ke 37 tangal 24 Januari 2016, “ pemimpin gereja adalah
pelayan/hamba yang menjadi pemimpin artinya tugas utama yang diberikan Tuhan. Pendeta-hamba
barulah menjadi pemimpin dan setelah menjadi pemimpin menjadi hamba lagi. Itu
berarti kepemimpinan gereja berbeda dengan kepemimpinan organisasi lain seperti
kepemimpinan dalam Negara (Bupati/Walikota, Gubernur, Presiden) dll. Kepemimpinan
Gereja periode 2016-2021 adalah kepemimpinan Gereja yang dilandaskan sebagi
seorang Pelayan. Kehadiran gereja di dunia ini bukan saja menambah warga jemaat
untuk memperkuat kelembagaan tetapi lebih dari itu kehadiran gereja untuk
memanusiakan manusia, seperti kata Yesus "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin; dan Ia telah mengutus Aku, untuk memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan
orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah
datang." (Lukas 4:18-19).
Kehadiran Yesus di dunia penuh dengan penderitaan, Lahir di kandang yang
hina, mati seperti penjahat yang digantung di atas tiang kayu salib. Peristiwa
penyaliban Yesus haruslah terus dimaknai dalam kehidupan kita. Salib bukan saja
simbol alat hukuman oleh para
pembesar Romawi kepada para penjahat. Salib harus terus dimaknai sebagai suatu
kehidupan yang membawa makna. Memang tidak seorang pun yang lari dari
penderitaan. Penderitaan adalah bagian dari hidup. Tanpa penderitaan maka hidup
ini tidak bermakna. Salib adalah keberanian diri mempersembahkan hidup demi orang lain (solider) khususnya kepada
mereka yang lemah, miskin, tertindas, marginal. Peristiwa penyaliban Yesus
harus terus menginspirasikan dan menyemangati umat untuk terus berkarya menghadirkan kehidupan yang
bermakna. Kerelaan disalibkan sampai mati demi orang lain, sangat berharga.
Itulah Yesus Kristus Tuhan Kita. Seperti kutipan Injil Yohanes: “Tidak ada
kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya” (Yoh 15: 13). Pemberian nyawa merupakan pengorbanan dan
tindakan kasih yang nyata. Kehadiran
seorang pemimpin gereja untuk hidup bersama umat di hutan, dusun, ketel (tempat
penyulingan minyak kayu putih), gunung, pantai, sungai, danau, kantor, perusahaan,
jalanan, pasar, dan penjara wujud penampakkan tindakan Yesus untuk bersama-sama
saling memberi hidup, saling menguatkan sebagai satu keluarga Allah. Bersama-sama mendiami satu rumah (Oikoumene).
Ketika seorang pemimpin hadir dan merasakan realitas hidup umat berarti segala
program, kebijakan benar-benar menjawab kehidupan umat.
d.
Harapan umat dari Pulau Bupolo (Klasis Buru Utara)
Klasis Buru Utara adalah salah satu klasis pada Gereja
Protestan Maluku. Pada Klasis Buru Utara ada 17 jemaat dan 9 sektor PI. Jumlah
anggota jemaat di klasis Buru Utara sebanyak 1.636 KK dan 7.244 Jiwa (sumber: Rekapan Renstra Jemaat
tahun 2012). Sebagai Klasis yang baru pulih dari konflik Maluku tahun
1999-2000, Jemaat-jemaat di Buru Utara sementara ada dalam pemulihan. Dalam Kepemimpinan
Sinode 2010-2015 sangat terasa pada klasis Buru Utara, di mana atas Pertolongan
Tuhan Yesus Kristus melalui kinerja Sinode GPM, MPK dan umat, Klasis ini telah
dipulihkan, ada penambahan tenaga pelayan, penahbisan gedung gereja, ada
pelembagaan Jemaat. Umat juga berharap ke depan perlu perhatian yang serius
kepemimpinan gereja (MPH Sinode) yang akan terpilih. Secara kelembagaan,
penambahan satu klasis di Pulau Buru (Buru Utara dan Buru Selatan) perlu
mendapat perhatian serius bagi peningkatan pelayanan bagi kemanusiaan. Walaupun
disadari keuangan gereja dan faktor pendukung lainnya sebagai syarat pemekaran
belum terpenuhi secara baik. Akhirnya dari Buru Utara, kami juga menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kerja keras MPH
sinode 2010-2015. Meskipun ada saja
kekurangan, tetapi karya menanam dan menyiram telah dilakukan. Keyakinan iman
Tuhan pasti menumbuhkan benih baik, yang telah ditanam dan dirawat selama 5
tahun ini. Kami berharap, dalam upaya pembenahan diri jemaat sangat membutuhkan
peran semua orang termasuk pemimpin Sinode yang baru. Kehadiran seorang
pemimpin tentunya dapat memberikan motivasi bagi umat untuk membangun jati
dirinya sebagai manusia yang memiliki iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruslamat Dunia. Kehadiran pemimpin sinode yang baru, tentunya melewati medan
yang berat, naik gunung, turun lembah, menyeberang air Waegeren, menyeberangi
danau. Tetapi Yesus telah lebih dahulu melakukannya saat ia hadir di dunia ini.
Pada Klasis Buru Utara ada keindahan alam yang mengagumkan, deburan air yang
membawa kesejukan, danau rana yang merupakan pusat masyarakat Pulau Buru, ada
juga jurang terjal, gunung tinggi yang dapat dilalui dengan duri rotan yang
banyak. Mungkin saja pemimpin sinode yang baru bisa hadir dan menikmati
keindahan alamnya sebagai refleksi ciptaan Tuhan yang terindah bagi alam dan
umat manusia, dan merasakan realita umat.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki,
pelayan dan umat Tuhan di Buru Utara siap untuk mensukseskan Persidangan
Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Sinode ke 38. MPL yang berlangsung di Buru Utara tahun 2016, juga
sebagai tanda kehadiran gereja untuk bergumul bersama umat di Klasis Buru Utara.
Selamat dan sukses untuk Persidangan Sinode GPM ke 37, selamat memilih pemimpin
sinode GPM periode 2016-2021. Opo
Lastalah penata kita hansiak.
* (Telah dipublikasikan pada harian siwalima
pada tanggal 07 Februari 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar